Rabu, 27 November 2013

QONA’AH DALAM MENERIMA KENYATAAN


Dalam hidup seseorang pasti pernah mengalami kebingungan atau takut salah dalam menentukan pilihan, apalagi ketika harus memilih antara dua pilihan yang keduanya diinginkan atau tidak. Misalnya, saat seorang siswa SMA yang telah lulus kemudian bingung apakah mau meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja.
Memang sulit memilih di antara dua hal yang baik. Namun bagaimana pun sulitnya salah satu pilihan harus tetap diambil karena jika tidak justru keduanya bisa hilang. Apabila kedua pilihan hilang maka tentu penyesalan yang akan dialami. Banyak orang berkata serahkan semua keputusan pada Allah SWT karena Dialah yang berkehendak atas segala sesuatu. Tapi dalam kenyataannya, tidak semua orang bisa menerima keputusan Allah SWT dalam hidupnya. Oleh karena itu, setiap muslim harus memiliki sifat qona’ah. Di dalam Islam qona’ah merupakan salah satu sifat terpuji.
Secara etimologi, qona’ah artinya menerima apa adanya. Sedangkan secara terminologi, qona’ah berarti menerima segala bentuk keputusan Allah SWT. Jika dilihat sepintas definisi qona’ah hampir sama dengan konsep tawakal yang berarti menyerahkan segala urusan pada Allah SWT. Tapi jika dilihat secara mendalam antara tawakal dengan qona’ah sangat berbeda. Qona’ah lebih menekankan tentang prilaku menerima apa adanya segala keputusan Allah SWT, sedangkan tawakal berarti meyerahkan segala urusan pada Allah SWT.
Pertanyaannya adalah apakah kita siap menerima segala keputusan Allah dalam setiap urusan dan kenyataan hidup. Sebagai seorang muslim kita seyogyanya meyakini bahwa hasil dalam setiap usaha adalah keputusan Allah SWT, meskipun kita telah menggunakan segala bentuk usaha dalam proses untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Apabila seseorang memiliki rasa ikhlas maka  segala sesuatu yang terjadi atau menimpa kita selalu mengandung hikmah. Meski hal itu berupa fitnah atau pun kejahatan sekali pun.  Misalnya, aksi kejahatan yang menimpa seseorang memiliki hikmah atau pembelajaran bagi diri sendiri maupun orang lain yakni agar selalu berhati-hati atau waspada.
Saat ini di tengah masyarakat banyak fenomena prilaku yang menunjukkan tidak mau menerima kenyataan yang terjadi. Sebagian orang selalu menginginkan apa yang diinginkannya tercapai, tidak mau menerima perbedaan dan sebagainya. Padahal semua yang terjadi mengandung hikmah, tapi kita tidak mau melihat dan mempelajari hikmahnya. Salah satu contoh prilaku yang tidak siap atau takut terhadap perubahan sosial yaitu tidak menerima pendapat orang lain dan merasa pendapat dirinya atau kelompoknya yang paling benar. Mereka menutup diri dari perkembangan budaya dan kemajuan zaman. Hal itu mungkin karena pemikiran ortodok dan dogmatik yang berlebihan.
Ideologi ketauhidan memang sangat penting sebagai dasar keimanan. Hal-hal yang mencoba untuk menghancurkannya harus dihilangkan, tapi tidak harus selalu dengan cara kekerasan apalagi terjadi sesama umat muslim. Sikap dialogis, musyawarah dan menerima pendapat orang lain dengan tangan terbuka harus dilakukan agar hikmah dari sesuatu tersebut dapat diraih. Kita harus menerimanya dengan tangan terbuka, bukan dengan tangan menggenggam. Satu jalan atau yang cara yang dipilih memang tidak jelas akan membawa kebaikan atau keburukan di masa yang akan datang, tapi jelaslah dengan apa yang sekarang dilakukan sekecil apapun itu, itulah yang disebut qona’ah dan mungkin itulah kenapa qona’ah oleh Rasulullah SAW disebut sebagai harta yang tidak pernah habis.
 Rasulullah SAW bersabda: “Diharuskan pada kalian berqona’ah, karena sesungguhnya qona’ah adalah harta yang tidak pernah habis”, (H.R Thobroni).

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar