Selasa, 12 November 2013

Jurnalisme Biasa Yang Luar Biasa


Apa gambaran Sobat Birru ketika mendengar istilah jurnalisme? Mungkin masih banyak di antara kita yang akan membayangkan para awak media skala besar yang bekerja di koran, tabloid, majalah, televisi ataupun radio. Para wartawan yang tak pernah lepas dari alat tulis dan recorder, kameramen yang kesana-kemari membopong video shooting atau fotografer yang mengabadikan momen-momen tertentu dalam jepretan kamera. Pun yang diliput adalah peristiwa besar seperti korupsi, demonstrasi atau acara kenegaraan misalnya. Tidak ada yang salah dengan semua asosiasi atau gambaran tersebut. Hanya saja ada juga lho jurnalisme dalam pengertian yang lebih longgar seperti yang diusung sobat birru kita kali ini.

Komunitas Djuanda namanya. Komunitas yang terletak di Tangerang Selatan ini merupakan tempat berkumpulnya generasi muda yang memiliki kesamaan hobi jurnalistik. “Berawal dari hobi yang sama, jurnalistik. Jadi awalnya kita sering liputan bareng, hunting foto bareng, membuat film bareng. Akhirnya terbentuklah semacam komunitas belajar jurnalisitik yang sepakat dinamakan Komunitas Djuanda. Nama Djuanda diambil karena letaknya di sekitar jalan Djuanda, itu aja sih filosofinya”. cerita Imam FR Kusumaningati tentang riwayat komunitasnya.

Yang menarik dari komunitas jurnalisme yang berdiri pada tahun 2009 ini adalah dijadikannya citizen journalism sebagai mazhabnya. “Citizen journalism atau jurnalisme warga kalau bisa dibilang mazhab komunitas kita. Jadi itu yang membedakan dengan komunitas-komunitas jurnalistik yang lain”.  Tutur salah satu pengurus Komunitas Djuanda ini.

Lantas apa sih yang dimaksud citizen journalism ini? Menurut Imam citizen journalism atau jurnalisme warga adalah suatu bentuk kegiatan jurnalisme yang dilakukan oleh warga biasa. Semacam jurnalisme dari, oleh dan untuk masyarakat. “Jadi meliput hal-hal yang ada di sekitar; apa yang ditemui serta apa yang didapatkan hari itu. Di luar sana mungkin ada kasus korupsi atau kisruh di DPR. Bagi citizen journalism hal seperti itu terlalu jauh. Yang terpenting sebagai warga, kita meliput hal yang terjadi di sekitar kita. Dan saya kira justru hal-hal yang terdekat dengan kita memiliki nilai tersendiri dan merupakan problem yang riil. Jadi yang diliput bukan sesuatu yang mengawang-awang di sana, jauh”.

Semangat jurnalisme warga adalah berbagi apa, kapan dan di mana saja. Tentu saja yang dibagi adalah informasi yang bermanfaat bagi publik. “Yang ingin dibangun dari aktivitas ini adalah spirit to share. Jadi berbeda dengan jurnalis professional yang melakukan liputan atas penugasan dari redaksi”.
Menjadi seorang citizen journalism sangatlah mudah. Menurut Imam hobi ini semakin dipermudah dengan hadirnya media-media online seperti Facebook, Twitter dan Blog misalnya. Jadi sejauh yang di-share mangandung nilai guna bagi siapa saja maka para Facebooker dan Blogger sudah bisa dikatakan sebagai jurnalis warga. “Saya bisa katakan bahwa update status baik di Facebook maupun Twitter termasuk kategori jurnalisme warga. Bahkan sekarang sudah banyak media mainstream yang membuka diri untuk menampung laporan dari citizen journalism”.

Sudah banyak liputan-liputan Komunitas Djuanda yang baik langsung maupun tidak telah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Tangsel pada khususnya. Misalnya ketika meliput persoalan sampah di pasar Ciputat dan Setu Kuru. Biasanya hasil liputan-liputan yang telah dilakukan diposting ke galeritangsel.com yang merupakan portal milik komunitas atau terkadang juga diadakan pemutaran video dokumenter di lingkungan setempat.

Menarik bukan hobi jurnalisme yang satu ini. Di samping sebagai jurnalisme biasa, artinya siapa saja bisa melakukannya, namun yang terpenting adalah kontribusi positif bagi lingkungan sekitar. Bahkan lebih jauh Imam mengungkapkan “Masyarakat mulai jenuh dengan pemberitaan media mainstream. Selalu ada kepentingan di balik pemberitaan. Ada udang di balik batu. Hadirnya citizen journalism bisa menjadi alternatif”. Jadi buat Sobat Birru yang mulai tertarik tidak ada salahnya mengikuti jejak yang telah diukir Komunitas Djuanda ini.

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar