Jumat, 13 September 2013

MAKNA MEMBERI SALAM DAN BERSALAMAN

 

Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, jelas memiliki cakupan di segala bidang dan aspek kehidupan. Dalam bermasyarakat saja contohnya, bukti bahwa Islam menebarkan kasih sayang (rahmat) kepada sesama kita adalah dengan dianjurkannya mengucapkan salam. Bahkan, lebih jauh lagi salam dalam Islam memiliki kaidah-kaidah tersendiri dan tentunya semua itu jika diamalkan dengan baik dan benar akan menjadi nilai ibadah. Salam itu sendiri sangat banyak bentuk dan cara penyampaiannya. Seperti “selamat pagi”, “selamat bertemu kembali”, “selamat makan”, “good night”, dan lain-lain. Semua jenis salam ada di setiap budaya dalam masyarakat. Namun, Islam justru mengajarkan salam tersendiri dengan segala hikmah yang terkandung di dalamnya, jika kita mau menggunakan sunnah ini. Adapun salam yang diajarkan oleh Islam adalah dengan mengucapkan “assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”, atau kadang-kadang boleh disingkat menjadi “assalamu’alaikum wa rahmatullah” atau ”assalamu ‘alaikum” saja. Dari maknanya saja, salam dalam Islam merupakan doa yang ditujukan oleh si pemberi salam kepada orang lain. Kita dapat menerjemahkannya dengan “semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan dari Allah menyertaimu”. Dan yang memberikan salam tentunya mendapat doa juga karena jawaban salam “wa’alaiakumussalam”. Coba saja kita bandingkan antara mengucapkan “selamat pagi” dengan “assalamu’alaikum” . Betapa indahnya Islam untuk umatnya.

Selain dari segi makna positif yang terkandung dalam penyampaiannya, salam dalam Islam juga memiliki kaidah-kaidahnya, sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh baginda Rasulullah Saw. Ada pun adab-adab yang seharusnya kita jalani apabila ingin mengucapkan salam, di antaranya adalah: 1) orang yang berkendara hendaknya mengucapkan salam kepada orang yang sedang berjalan kaki; 2) sedangkan orang yang sedang berjalan kaki hendaknya memberi salam kepada orang yang sedang duduk; 3) lebih baik memulai dulu memberi salam; 4) mengucapkan salam dengan benar dan fasih; 5) mengucapkan salam kepada sesama muslim baik yang dikenal  maupun tidak; 6) disertai dengan berjabat tangan (bersalaman) jika orang tersebut berjenis kelamin sama atau lawan jenis yang mahram; 7) dan berusaha untuk menjawab salam dengan yang semisal atau lebih baik.
Terkait dengan berjabat tangan (bersalaman), Islam menganjurkan kita untuk melakukannya apabila lawan bicara kita tersebut berjenis kelamin sama atau lawan jenis yang mahram, dan hukumnya sunnah. Malah, lebih baik lagi apabila kita menciumi tangan orang tersebut jika mereka adalah orang tua kita, guru, atau seorang pemimpin yang adil. Hal ini jelas membuat tali persaudaraan dan emosional kita semakin erat karena tidak hanya salam dengan ucapan, tapi juga ada kontak anggota tubuh, tidak hanya verbal dan visual, tetapi juga kinestetik.
Adapun bersalaman dengan lawan jenis yang bukan mahram, adalah haram hukumnya. Sedangkan pada poin terakhir di atas, maksudnya adalah apabila seseorang mengucapkan salam kepada kita dengan ucapan “assalamu ‘alaikum”, maka hendaklah kita menjawabnya dengan ucapan yang semisal yaitu ”wa’alaikumussalam” atau dengan ucapan yang lebih baik, yaitu ”wa alaikumussalam wa rahmatullah”. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 86.“Dan apabila kamu diberi penghormatan (salam) dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”(Q.S.An-Nisa: 86)
Adapun berkaitan dengan hukum salam, sudah sangat awam diketahui bahwa memberi salam hukumnya adalah sunnah. Akan tetapi, bagi orang yang diberikan salam, wajib hukumnya menjawab salam. Ya, hikmah dari diwajibkannya menjawab salam adalah kita memang seharusnya membalas kebaikan orang lain yang telah mau mendoakan keselamatan kepada kita, terutama karena dia adalah saudara kita sesama muslim. Namun bagaimana pula dengan hukum memberi salam kepada orang yang bukan muslim, dan hukum menjawab salam dari mereka. Berdasarkan hadis, dikatakan bahwa kita seharusnya tidak memberi salam dahulu kepada orang-orang yang bukan muslim. Maksud salam dalam pengertian ini tentu saja adalah salamnya orang Islam, yaitu “assalamu ‘alaikum”. Sedangkan salam dalam pengertian seperti “selamat siang”, “salam sejahtera”, atau lainnya, tentu saja boleh diucapkan kepada mereka. Artinya, apabila kita hendak mengucapkan salam kepada orang-orang yang bukan muslim, silahkan ucapkan dengan ucapan-ucapan salam selain “assalamu ‘alaikum”.
Bagaimana pula dengan hukumnya menjawab salam apabila mereka yang merupakan nonmuslim mengucapkan salam kepada kita. Apabila mereka mengucapkan kata-kata seperti “selamat pagi”, “salam sejahtera”, atau yang semisalnya, silahkan saja kita boleh menjawab dengan nada dan kalimat yang sama. Namun, seandainya mereka mengucapkan salam kepada kita dengan menggunakan ucapan salam Islam, yaitu “assalamu ‘alaikum”, kita dilarang menjawabnya dengan “wa’alaikumussalam”. Hal ini pernah dicontohkan baginda Nabi Muhammad Saw ketika seorang Yahudi mengucapkan salam kepada beliau, dan Nabi Muhammad Saw menjawabnya hanya dengan mengucapkan kata ”’alaikum” saja. Begitulah bagaimana Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw mengajarkan kita tata cara memberi dan menjawab salam. Mulai dari kaidah-kaidah atau pun aturan-aturannya, hukumnya, sampai dengan aturan tentang salam dari atau kepada orang-orang yang bukan muslim.
Kita dapat melihat dan merasakan bahwa memberi dan menjawab salam, kejadiannya sangat intens terjadi dalam kehidupan kita setiap hari. Setiap saat kita bertemu dan berpapasan dengan sangat banyak orang baik yang kita kenali maupun tidak. Dengan salam, kita bisa tetap menjalin hubungan, silaturahmi, tali persaudaraan, dan membendung jurang pemisah antara kita dengan individu-individu lainnya. Rasa-rasanya tidak terbayangkan apabila setiap hari kita bertemu muka dan berpapasan dengan orang lain, kita tidak menegur, menyapa, dan memberi salam kepada mereka. Karena itu, Islam datang ke alam semesta ini untuk menjadi rahmat penebar kasih sayang bagi seluruh makhluk-Nya. Bahkan hal-hal sepele dan sekecil salam, telah diatur demi pesan-pesan perdamaian dari Islam tersebut. Dengan begitu pun, hamba-hamba-Nya mendapatkan pula kasih sayang dari Allah SWT, Rabb alam semesta.
Walaupun terkesan seperti hal yang sepele, tetapi salam dan bersalaman bisa menjanjikan sesuatu yang lebih besar, yaitu persatuan umat. Logikanya, apabila setiap di antara kita saling memberi dan menjawab salam dengan ikhlas, maka lama-kelamaan akan terbentuk ikatan emosional di antara kita sesama umat Islam. Kita merasakan bahwa orang lain begitu perhatian kepada kita dan mau mendoakan kita agar diberi keselamatan, rahmat, dan keberkahan Allah. Begitu pula sebaliknya, yang dipikirkan oleh orang yang kita jawab salamnya. Kita mendapatkan pesan kasih sayang dari orang lain, dan begitu pun orang lain turut merasakan dan mendapatkan pesan kasih sayang dari kita melalui saling memberi dan menjawab salam, dilengkapi dengan bersalaman.

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar