Selasa, 09 April 2013

Hijrah dan Semangat Ukhuwah


Hari berganti hari, dan tidak terasa tahun baru Hijrah 1432 telah datang. Hijrah dalam sejarah Islam memiliki makna yang dalam, bagaimana tidak, Islam mengalami sebuah perkembangan luar biasa pasca hijrahnya Nabi Muhammad Saw. dari Mekah ke Madinah.

Secara bahasa, kata Hijrah berarti berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dalam kontek yang sama, Imam Al-Raghib Asfahami mengartikan hijrah sebagai upaya manusia untuk keluar dari sebuah tempat yang penuh dengan kekafiran ke negeri yang penuh dengan cahaya iman. Sedangkan secara istilah, ia adalah berpindahnya seseorang dari sebuah tempat yang penuh dengan berabagai macam kemaksiatan atau ketidakadilan ke tempat yang lebih baik dan diniatkan semata-mata karna Allah Swt. Nabi Muhammad bersabda:

“Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesengan dunia atau hanya untuk menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi.” (HR. Bukhari)

Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwahnya di Mekah selama 13 tahun, namun masyarakat Mekah enggan dan antipati untuk merespon panggilan Nabi, sehingga selama kurun waktu tersebut Nabi Muhammad Saw hanya mendapat sedikit pengikut, bahkan pada periode ini tidak jarang Nabi dan pengikutnya mendapat ancaman dan intimidasi dari kaum kafir Quraisy Mekah, maka atas perintah Allah Swt, Nabi Muhammad Saw. melalukan perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Pada hakekatnya hijrah Nabi dimaksudkan untuk memperoleh suasana, lingkungan, dan nuansa baru untuk mengembangkan Islam, agar ia dapat berkembang dengan baik demi menegakkan normal”"> kalimat Allah. Allah dengan tegas dalam Al-Qur an memberikan jaminan kepada siapapun yang bersedia berhijrah semata-mata ingin mendapatkan kebaikan dari Allah, maka Allah akan kenikmatan yang berlimpah, seperti dalam firman-Nya dalam Q.S. An-Nisa ayat 100


“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa: 100)
Poin penting yang patut kita cermati dalam dinamika hijrah Nabi ialah spirit ukhuwah dan kebersamaan antara kaum Muhajirin dan Ansor. Nabi Muhammad berhasil menjadikan kedua kelompok tersebut bukan hanya sebagai patner, tapi lebih dari itu yaitu sebagai saudara, sehingga masyarakat Ansor dengan rela dan ikhlas membantu Muhajirin dalam segala hal, sebaimana disebutkan dalam firman Allah Swt di dalam Al-Qur’an:

 normal”">Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”    (Q.S. Al-Hasyr: 9)
Ukhuwah berarti persaudaraan, ia diderivikasi dari akar kata yang pada mulanya berarti memperhatikan, peduli, dan lebih mengutamakan orang yang lebih membutuhkan. Makna dasar ini seakan-akan memberi kesan bahwa persaudaraan mewajibkan perlunya perhatian, kepedulian dan keprihatinan bersama kepada siapa yang merasa bersaudara.

Dalam sejarah perjalanan dan perkembangan hijrah Nabi di Madinah, Nabi Muhammad Saw. berhasil mempersaudarakan semua komponen masyarakat Madinah, terutama kaum Aus dan Khajraj yang selama ini tidak bisa bersatu dan sering mengalami konflik horizontal di antara keduanya. Dalam aspek ini Nabi Muhammad Saw. menggunakan sebuah istilah baru untuk mengikat masyarakat Madinah menjadi suatu kesatuan yang kokoh, yaitu ukhuwah Islamiyah, atau persaudaraan sesama muslim. Dalam rangka menguatkan hal ini, Rasulullah bersabda, “Seorang muslim bersaudara denga muslim lainya. Dia tidak menganiayanya, tidak pula menyerahkannya (kepada  musuh). Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi pula kebutuhanya. Barangsiapa yang melapangkan dari seorang muslim suatu kesulitan, Allah akan melapangkan baginya suatu kesulitan dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari kemudian. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, Allah menutup aibnya di hari kemudian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semangat hijrah yang dilanjutkan dengan spirit untuk membangun persaudaraan danukhuwah Islamiyah pada kenyatannya berhasil menjadikan umat Islam sebagai kekuatan yang luar biasa dan diperhitungkan oleh siapapun, maka jika mengamati fenomena ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa relasi antara hijrah dan pembangunan normal”">ukhuwah Islamiyah bagaikan dua sisi koin yang tidak bisa dipisahkan, keduanya akan saling bersinergi dan menopang satu dengan lainya.

Selanjutnya ada empat bagian macam ukhuwah atau persaudaraan yang disebutkan dalam Al-Quran dan dikembangkan dan  dibangun Nabi Muhammad Saw. pasca hijrah beliau di Madinah.
Pertamaukhuwah ‘ubudiyah atau persaudaraan kesemakhlukan serta ketundukan secara total kepada Allah Swt. Keduanormal”">ukhuwah insaniyah atau basyariyah, yaitu persaudaraan antar umat manusia, dalam arti semua manusia berasal dari nenek moyang yang sama yaitu Adam dan Hawa, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (HR. Bukhari dan Muslim), atau dalam hadis lain, “Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara”Ketigaukhuwah wathaniayah wa an-nasab, atau persaudaraan atas dasar kebangsaan dan nasab. Persaudaraan jenis ini didasarkan atas nasionalisme terhadap sesuatu yang didiami, Nabi bersabda, normal”">“ Cinta tanah air sebagiaan dari iman”. normal”"> Keempat, ukhuwah fi din al-islam, atau persaudaraan antar sesama muslim. Dalam kaitannya dengan hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10)
di dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah wafatku”.
Relasi kuat antara hijrah dan Ukhuwah Islamiyah yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad Saw, seharusnya menjadi pelajaran bagi umat Islam untuk bersama melakukan hijrah rohani dan mempererat persatuan kaum muslim. Maksud dari hijah rohani adalah meninggalkan semua sifat-sifat negatif dan egoisme pribadi menuju ke arah perbaikan diri serta senantiasa berpikir, bertindak dan berbuat positif demi kepentingan bangsa, Negara serta agama, agar umat Islam kembali memperoleh kejayaan demi tegaknya kalimat Allah.
Terakhir semangat hijrah dan ukhuwah Islamiyah harus diiringi dengan optimisme dan tawakal, artinya kita sebagai umat Islam harus yakin.


Sumber: Lazuardi Birru

2 komentar:

  1. https://quantumfiqih.wordpress.com/2013/07/16/barakah-dalam-musyarakah/

    BalasHapus
  2. http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/06/praktek-silaturahim-yang-aneh.html

    BalasHapus