Kamis, 11 April 2013

AHMAD DAHLAN: Bapak Dakwah Kultural Indonesia




Ahmad Dahlan ialah pelopor pembaruan Islam di Indonesia. Ia mengadakan perubahan pola pikir dan perilaku berislam umat muslim Indonesia dengan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah, organisasi dakwah Islam, pendidikan, dan pengembangan kehidupan sosial masyarakat modern pertama di Indonesia.

Dahlan lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1868 dan wafat pada 23 Februari 1923. Ia lahir dengan nama Muhammad Darwis. Darwis ialah anak keempat dari KH Abu Bakar. Lahir, tumbuh, dan besar dalam keluarga yang alim, sejak kecil Darwis belajar ilmu-ilmu keislaman dan bahasa Arab. Pada usia 20 tahun, Darwis dikirim oleh ayahnya untuk menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu di negeri asal agama Islam, Saudi Arabia. Di sana, ia mempelajari ilmu aqidah, tafsir, fiqih, tasawuf, mantiq, falak, dan beberapa ilmu lainnya.

Sekembalinya ke Kauman, pada 1902, ia berganti nama menjadi Haji Ahmad Dahlan. Setahun kemudian, pada 1903 ia berkesempatan kembali ke Makkah untuk memperdalam ilmu-ilmu keislamannya. Pada kesempatan kedua menuntut ilmu di Makkah ini, Dahlan banyak belajar dari Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (ulama besar Makkah pada masanya yang berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat). Dahlan juga banyak mempelajari pemikiran Ibnu Taimiyah, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha. Setelah lama menuntut ilmu di Tanah Suci, Dahlan menyadari ada begitu banyak penyimpangan yang dilakukan oleh umat Islam di tanah airnya dan oleh karena itu ia berupaya untuk mengadakan perbaikan dan pembaruan umat Islam di Indonesia.

Sebelum mendirikan Muhammadiyah, Dahlan menjadi guru di sekolah negeri, sepertiKweekschool (sekolah pendidikan guru) di Yogyakarta dan Opleiding School voorInlandsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah pendidikan untuk pegawai pribumi) di Magelang. Di samping itu, Dahlan juga mengajar ilmu agama di kampungnya.
Upaya perubahan dan perbaikan umat Islam yang cukup signifikan Dahlan lakukan adalah perubahan arah kiblat pada masjid dan surau di daerahnya. Berdasarkan ilmu yang diterimanya, semestinya kiblat yang benar bagi masjid-masjid di Indonesia adalah bukan lurus ke arah barat melainkan serong 15 derajat ke arah barat laut. Ijtihadnya ini ditentang keras oleh para kyai senior yang merasa terusik dengan aktivitas dakwah Dahlan yang semakin berpengaruh.

Ahmad Dahlan meluaskan jangkauan dakwahnya sehingga tidak hanya masyarakat awam yang mengenal Islam secara benar tetapi para tokoh masyarakat dan golongan pelajar juga merasakannya. Untuk itulah Dahlan bergabung dengan Budi Utomo, satu-satunya organisasi yang ditata secara modern saat itu, pada 1909 dan Sarekat Islam pada 1911.

Bersama para murid dan temannya, pada 18 November 1912 KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Dahlan berupaya melegalkan organisasinya ini sebagai badan hukum resmi dengan mengajukan permintaan Recht Persoon (Badan Hukum) kepada Gubernur Jenderal Belanda di Jakarta. Persetujuannya turun dua tahun setelah Muhammadiyah didirikan, yakni berupa surat ketetapan Gouvernement Besluit No. 81 tertanggal 22 Agustus 1914.
Pada 19 Mei 1917, KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi serupa Muhammadiyah yang diperuntukkan khusus bagi kaum perempuan bernama Nasyiatul Aisyiyah, yang bertujuan untuk mendukung perjuangan Muhammadiyah. Sebagai sister group dari Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah tidak kalah penting perannya dalam memajukan dan memberi kemanfaatan kepada masyarakat. Khususnya dalam hal pemberdayaan, peningkatan harkat dan martabat wanita Indonesia.

Ruang lingkup dakwah organisasi Muhammadiyah meliputi pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam arti umum. Pada 1920, Dahlan mendirikan lembaga pendidikan modern dengan nama Qismul Arqa atau sering disebut Hogere School yang berarti sekolah menengah tinggi. Pada tahun 1923, sekolah itu berganti nama menjadiKweekschool Islam, lalu berubah lagi menjadi Kweekschool Muhammadiyah. Saat ini sekolah itu bernama Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang merupakan sekolah calon kader pemimpin, guru dan mubaligh Muhammadiyah. Pada 15 Februari 1923, Persyarikatan Muhammadiyah mendirikan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), yakni sebuah klinik sederhana yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa. Saat ini PKO lebih dikenal sebagai Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Hampir di setiap kota atau kabupaten di seluruh Indonesia didirikan rumah sakit ini.

Saat ini, Persyarikatan Muhammadiyah merupakan salah satu sumber kekuatan civil society yang dimiliki oleh Indonesia. Amal usahanya sudah merambah ke segala bidang kebutuhan masyarakat. Pada bidang pendidikan, sekolah dan universitas Muhammadiyah menjamur di seluruh penjuru nusantara. Lembaga pendidikan dari tingkat paling rendah seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga tingkat universitas dimiliki oleh Muhammadiyah. Demikian juga Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, sudah merambah ke setiap pelosok tanah air. Selain itu, Muhammadiyah juga mengelola dan mengembangkan lembaga-lembaga nonprofit seperti panti asuhan, panti jompo, badan pengelola zakat infaq sadaqah, dan lembaga lainnya. Semua itu hasil perjuangan tanpa kenal putus asa yang dimulai oleh KH Ahmad Dahlan.

Kini giliran kita, para kawula muda, untuk menapaki jejak perjuangan KH Ahmad Dahlan. Dengan melihat dan merenungkan kembali liku-liku perjuangan Dahlan yang total dan hanya mengharap keridhaan Tuhan, kita akan mampu mengentaskan Indonesia dari keterpurukan. Totalitas dalam bekerja dan keikhlasan yang benar-benar tanpa pamrih harus selalu kita lekatkan dalam setiap aktivitas kita, karena totalitas dan keikhlasan adalah inti dari semangat jihad. Ya, dengan total dalam bekerja dan ikhlas melakukannya, berarti kita sedang berjihad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar