Minggu, 25 Agustus 2013

Pancasila Solusi Problem Bangsa



Dalam dekade terakhir, banyak persoalan yang menghinggapi bangsa ini. Seolah-olah problem bangsa tidak ada habisnya, mulai dari kasus korupsi, narkoba, aksi kekerasan, dan tawuran pelajar. Persoalan silih berganti, namun tak ada solusi jitu yang bisa mengatasinya.

Parahnya lagi, generasi muda sebagai penerus bangsa terlibat dalam pelbagai peristiwa yang sungguh menyedihkan itu. Sampai-sampai ada selentingan “Pelajar kita kalau tidak terlibat tawuran, paling makai narkoba, atau buat vedio mesum”. Semoga selentingan tersebut hanya isapan jempol belaka.

Namun faktanya, selama tahun 2012 ini setidaknya sudah ada 16 orang meninggal akibat tawuran antarpelajar. Data ini cukup miris dan merisaukan. Karena itu, semua pihak harus berkontribusi dalam menyelesaikan masalah dan mencari benang merah agar hal serupa tidak terulang kembali.

Di ranah pendidikan, untuk mengantisipasi problem bangsa tersebut, kurikulum Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) bisa memberikan secercah harapan agar generasi muda tercerahkan. Salah satunya adalah memberikan pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila. Dengan pemahaman nilai-nilai Pancasila ini, diharapkan para pelajar bisa memantapkan kepribadian dan karakter agar memiliki kepekaan sosial, rasa cinta tanah air, mandiri, jujur, bertanggung jawab, dan dapat bertindak positif untuk berkontribusi pada bangsa.

Nilai-nilai Pancasila sangat dibutuhkan untuk membangun karakter bangsa. Pendidikan Pancasila seharusnya diyakini dapat menjadi sarana menanggulangi persoalan bangsa yang kerap menghantui negeri ini. Pancasila dinilai strategis karena dalam Pancasila terkandung nilai-nilai luhur yang digalih dari pengalaman sejarah bangsa dalam mengarungi pelbagai persoalan yang pernah terjadi.

Dalam konteks ini, seharusnya guru Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya menjejali materi yang sifatnya teks book, namun harus diimbangi dengan paktek langsung dalam memahami keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Misalnya dalam materi toleransi, para pelajar tidak hanya diajarkan pengertian dan konsep materi, namun para pelajar diajak merefleksikan latar belakang siswa-siswa yang ada dalam kelas tersebut.

Selain itu, perlu juga melibatkan para pelajar dalam kegiatan masyarakat dan memberikan pemahaman materi terkait visi-misi berbangsa dan bernegara, problematika remaja, dan mengenal budaya Indonesia.

Generasi muda, khususnya para pelajar harus dikenalkan dengan lingkungan sekitar agar memahami sosial-budaya yang ada di lingkungannya. Dimensi sosial-budaya yang telah menjadi tata nilai merupakan kearifan lokal yang menjadi bagian dari proses pendidikan yang harus dilakukan. Harmonisasi kehidupan sosial masyarakat yang Pancasilais tersebut akan sangat membantu pelajar dalam kehidupan sehari-hari.[]

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar