Selasa, 27 Agustus 2013

Apa sebenarnya makna dari kerukunan antarumat beragama?

Ustadz Menjawab




Kerukunan antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja sama antarumat beragama.

Rasullullah SAW telah mengimplementasikan dan memberikan contoh kepada umatnya tentang bagaimana sebuah masyarakat yang kompleks, multietnis, dan mutliagama harus dapat hidup berdampingan dan saling menghormati satu dengan yang lainnya. Beliau benar-benar mempraktikkan kerukunan antarumat beragama dalam kehidupan beliau. Hal tersebut bisa dilihat bagaimana Rasullullah SAW memberikan kebebasan kepada penganut agama lainnya di Madinah untuk menjalankan kepercayaan masing-masing dengan kebebasan penuh. Beliau memberikan hak kepada komunitas Yahudi Madinah untuk hidup sesuai dengan hukum dan kepercayaan mereka.

Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk senantiasa menghormati penganut agama lain demi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Hal itu dapat dilihat dari firman Allah SWT yang dengan tegas melarang umat Islam untuk menghina Tuhan yang dianut oleh umat agama lain sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-An’am ayat 108.

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. Al-An’am: 108).

Selain itu, Islam juga memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk menjalankan kepercayaan mereka. Hal tersebut dijelaskan dalam QS. Al-Kafirun ayat 6:

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (QS. Al-Kafirun: 6).

Dalam perspektif Islam kerukunan antarumat beragama harus diaplikasikan dalam bentuk tolensi dan kerja sama antarumat beragama, sehingga akan terbentuk sebuah masyarakat madani yang di dalamnya tercipta kerukunan antarumat beragama. Dengan demikian, agama akan menjadi perekat bagi umat, bukan menjadi pemecah umat manusia.

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar